Mengalihkan Para Remaja 4L4Y ke Dunia yang Lebih Bermanfaat - Remaja jaman sekarang memang sangat kelebihan kreatif sampai-samai tata bahasa mereka otak-atik sedemikian rupa menjadi sebuah bahasa yang hanya mereka ketahui sendiri. Alay itulah sebutan bagi remaja yang terlalu kreatif dalam kehidupannya. Berikut ini adalah artikel yang saya coppy dari edukasi kompasiana yang ditulis oleh Bunga Ramona yang berjudul Mengalihkan Para Remaja 4L4Y ke Dunia yang Lebih Bermanfaat.
aq pny’ plajaran bru…
IPS
( Ikatan Pacar Setia )..
y9 m’peLajrii
ABCD
( Aq Bneran Cyanx Drimu )..
hahay..
Itulah salah satu status di Facebook milik saudara sepupu saya. Zaman sekarang, tulisan jenis tersebut disebut dengan bahasa alay atau tulisan alay. Alay sendiri, kadang suka ditulis sebagai 4L4Y. Di akun Facebook lainnya, saya juga kerap menemui jenis tulisan alay ini. Dan ajaibnya, isi dari tulisan tersebut tidak jauh-jauh dari ungkapan perasaan cinta. Entah itu sedang kasmaran, atau sebaliknya.
brulng kli kau mxakti
brulng kli kau khianati
skt ini cba phmi
ku pxa hti bkn tk di skti,
ku akui sngh brt xa tngl kan mu xg dlu prnah ada
namun hruz aku lkukn krna ku tau inlh yang
trb4aik
ku hrz prg mnglkn kmu xg tlh hncr kn aku sakt xa
ht ku
Itulah contoh lain yang berhasil saya temukan di akun Facebook lain. Bahasa alay bila dilihat dari segi linguistik, merupakan singkatan-singkatan, seperti (dari dua contoh di atas); plajaran > pelajaran, kli > kali, bneran > beneran, drimu > dirimu, brulng > brulang, skt > sakit, cba > coba, phmi > pahami, hti > hati, bkn > bukan, tk > tuk, lakukn > lkukan, krna > karena, inilh > inlh, prg > pergi, mnglkn > meninggalkan, kmu > kamu, tlah > telah, hncr > hancur, dan kan > kan.
Selain singkatan, ada juga penggantian huruf. Seperti aku yang harusnya ditulis dengan ‘k’, dalam bahasa alay, aku ditulis dengan ‘q’ hingga menjadi aq. Juga singkatan yang yang harusnya ditulis ‘yg’ menjadi ‘y9’ yang ditulis dengan angka 9. Tidak hanya itu, ‘ny’ juga diganti dengan ‘x’, seperti mxakti > menyakiti dan pxa > punya.
Mungkin perubahan kata dari bahasa Indonesia ragam formal ke bahasa Indonesia ragam nonformal itu sudah biasa. Seperti bahasa slang. Akan tetapi, yang mau saya tanyakan bukan dari segi struktur katanya, melainkan dari segi sosialnya.
Dua pemilik akun Facebook dari dua contoh status di atas merupakan remaja, yang notabene memiliki perasaan jatuh cinta dan kelabilan dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis. Persoalan tersebut, merupakan persoalan pribadi, yang harusnya tidak usah di-share di media sosial hingga diketauhi oleh orang banyak. Di saat Facebook berkembang sebagai media sosial yang menginfokan segala macam hal berguna seperti acara komunitas, info lomba, penjualan barang, dan lain-lain, mengapa para remaja-remaja alay justru sibuk menginfokan persoalan pribadinya? Apa sudah tidak ada tempat lain untuk mereka mencurahkan perasaan-perasaan yang demikian?
Sikap para remaja—yang juga akan menjadi penerus bangsa dan pemimpin-pemimpin negara di kemudian hari—haruslah diperhatikan demi terciptanya para pemimpin bangsa yang berkualitas di kemudian hari. Setiap guru Bimbingan Konseling di sekolah-sekolah menengah, harus bisa memperhatikan secara penuh kondisi kejiwaan tiap anak didik mereka. Mereka bukan mesin, yang diperhatikan hanya jika mereka ngadat (seperti mendapat nilai ulangan jelek, hingga bolos sekolah).
Kurikulum pendidikan kita memang harus segera diperbaiki. Tidak semua anak bisa mendapat nilai matematika sempurna, dan tidak semua anak bisa mendapat nilai bahasa Indonesia sempurna. Mereka memiliki bakat masing-masing, atau passion di bidang masing-masing. Buatlah mereka nyaman dengan apa yang mereka kerjakan, sehingga mereka bisa sibuk untuk kegiatan yang bermanfaat, dan berhenti hanya “memamerkan” persoalan pribadinya—yang tidak penting—ke orang banyak di media sosial.
Sumber: Edukasi Kompasiana
Artikel Menarik Lainnya :