Mengapa Solar Mendadak Langka - Isu kelangkaan solar melanda sebagian besar seluruh wilayah Indonesia. Masyarakat yang sehari-harinya memakai bahan bakar minyak solar dibuat uring-uringan. Tak ayal, muncul beragam spekulasi, apakah solar sengaja ditimbun, atau ada duduk perkara lain.
Di Pekanbaru, Riau, misalnya. Dalam beberapa minggu terakhir, solar langka di tempat pengisian bahan bakar. Hanya tersedia di beberapa tempat. Itu pun sudah dijejali kendaraan yang mengular sampai ke jalan umum.
Kelangkaan bahan bakar bersubsidi jenis solar juga melanda wilayah Yogyakarta, setidaknya dalam dua pekan terakhir. Akibatnya, aktivitas ekonomi masyarakat terganggu, bahkan lumpuh. Sebab, pengusaha angkutan umum memilih untuk mengandangkan kendaraannya.
Sebagai penyuplai solar, Pertamina pun angkat bicara. Vice President Corporate Communication PT Pertamina, Ali Mundakir mengatakan isu itu muncul dikarenakan daya serap masyarakat terhadap solar meningkat.
Di tahun 2013, Pertamina memiliki kuota solar sebanyak 14,2 juta kiloliter. "Supaya jatah ini cukup sampai akhir tahun, kami membaginya per hari. Dan, itulah yang secara riil kami salurkan ke masyarakat mulai Januari, Februari, Maret, dan April kemarin," kata Ali, di Jakarta, 27 April 2013.
"Tapi, kenyataannya malah menjadi antrean panjang di mana-mana. Berarti, kuota yang ada kurang," Ali menambahkan.
Kuota tak cukup
Menko Perekonomian meminta Pertamina untuk mengurai antrean. BUMN itu pun dipaksa memutar otak, lantas mengambil kebijakan untuk menyuplai solar sesuai kebutuhan masyarakat. Konsekuensinya, kuota solar kemungkinan besar akan habis sebelum akhir tahun.
"Ini sudah pernah terjadi tahun lalu. Kuota yang seharusnya cukup sampai akhir tahun 2012, ternyata sudah habis pada September 2012," ujar Ali.
Kini, dia mengatakan, Pertamina sudah melakukan normalisasi kuota solar di setiap daerah sesuai kebutuhan masyarakat. "Normalisasi sudah dilakukan sejak Selasa malam. Artinya, kami menyalurkan sesuai kebutuhan masyarakat," kata Ali.
"Tapi, perlu dicatat, untuk menormalisasi kondisi ada antrean menjadi tidak ada, paling tidak butuh dua hari, tergantung kondisi infrastruktur di daerah," ujarnya.
Untuk itu, Pertamina menyarankan kepada pemerintah untuk mengajukan kembali tambahan kuota solar ke DPR. "Ini sudah kewenangan pemerintah, bukan Pertamina. Mungkin jumlahnya di APBN nanti akan berubah di akhir tahun," ucap Ali.
Normal sampai kapan?
Hingga hari ini, penyaluran solar subsidi di sejumlah SPBU berangsur membaik seiring dengan penambahan pasokan di atas penyaluran normal harian.
Ali Mundakir mengungkapkan, sejak Selasa lalu, Pertamina telah meningkatkan pasokan solar subsidi antara lima persen sampai 200 persen di atas jumlah normal penyaluran harian, sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.
Dalam eksekusinya, pantuan dari Pusat Komando Pengendalian Implementasi Kebijakan BBM PSO Pertamina menunjukkan, situasi penyaluran solar subsidi di SPBU di berbagai daerah berjalan lancar.
"Peningkatan penyaluran solar telah berhasil mengurai antrean pembeli di SPBU sejak Sabtu pagi, dan hari ini dilaporkan situasi semakin kondusif karena stok solar subsidi di SPBU pada level sangat aman," ucap Ali, dalam keterangan tertulis yang diterima VIVAnews, hari ini.
Beberapa daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh, dan Kepulauan Riau, penambahannya mencapai dua hingga tiga kali lipat, selama masa normalisasi.
Adapun, daerah-daerah di Kalimantan, Sulawesi, dan sebagian besar Sumatera tambahan pasokan berkisar 20 persen sampai 100 persen.
"Besaran penambahan pasokan disesuaikan permintaan dalam rangka normalisasi situasi di masing-masing daerah," tuturnya.
Untuk menjaga situasi tetap berjalan kondusif, Pertamina menambah jumlah mobil tangki BBM, terutama solar subsidi dengan mengerahkan seluruh armada yang ada, melakukan alih pasokan ke terminal BBM terdekat untuk mempercepat pelayanan.
"Sehingga, masyarakat tidak perlu resah dan khawatir mengenai ketersediaan solar subsidi di SPBU," ucap Ali.
Sampai kapan kondisi kondusif ini bertahan?
Hari Kamis lalu, 25 April 2013, pemerintah berencana menggelontorkan cadangan solar bersubsidi sebesar satu juta kilo liter guna menyelesaikan isu kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis itu di beberapa daerah.
Ketika itu, Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati mengungkapkan, cadangan tersebut diambil dari kuota BBM bersubsidi tahun ini sebesar 46 juta kilo liter.
"Jadi satu juta kiloliter masih dalam bentuk stok. Nah, ini akan digunakan untuk menambah persediaan solar yang belakangan ini ditengarai membuat antrean panjang," ujar Anny.
Alokasi cadangan solar tersebut nanti akan disalurkan oleh Pertamina berkoordinasi dengan BPH Migas. Dengan langkah tersebut, ia berharap dapat menyelesaikan masalah kelangkaan solar subsidi dalam jangka pendek
Artikel Menarik Lainnya :